DPR Dorong Sistem Pendidikan Berkeadilan: Langkah Awal

Reformasi di bidang pembelajaran menjadi fokus utama saat ini. Upaya untuk menciptakan kesetaraan dalam memperoleh ilmu pengetahuan terus digalakkan. Hal ini sejalan dengan visi pembangunan nasional yang inklusif.
Badan legislatif berkomitmen memperbaiki kerangka regulasi yang ada. Rencana implementasi kebijakan baru akan dimulai pertengahan 2025. Tujuannya adalah memastikan setiap anak bangsa mendapat kesempatan yang sama.
Program bantuan seperti Indonesia Pintar akan diperluas cakupannya. Ini menjadi langkah konkret untuk mengurangi kesenjangan akses. Pembaruan undang-undang terkait juga sedang dipersiapkan secara matang.
Dukungan terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia semakin menguat. Semua pihak diharapkan dapat berkontribusi dalam mewujudkan tujuan mulia ini. Masa depan bangsa yang lebih cerah dimulai dari pondasi yang kokoh.
Pendahuluan: Pentingnya Pendidikan Berkeadilan di Indonesia
Data terbaru menunjukkan ketimpangan yang signifikan antara sekolah negeri dan swasta. Di Daerah Istimewa Yogyakarta saja, 50% daya tampung pendidikan justru berasal dari lembaga swasta. Fakta ini memunculkan pertanyaan tentang pemerataan akses bagi seluruh lapisan masyarakat.
Konsep pembelajaran merata sebenarnya telah diamanatkan dalam UUD 1945 Pasal 31. Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri melalui ilmu pengetahuan. Namun implementasinya masih menghadapi berbagai kendala struktural.
Kasus di Yogyakarta menjadi contoh nyata bagaimana sistem pendidikan nasional perlu penyesuaian. Dominasi sekolah swasta di daerah tersebut mencapai 60% untuk jenjang menengah. Padahal, biaya pendidikan di lembaga swasta umumnya lebih tinggi dibanding negeri.
“Kami mendorong terciptanya level playing field antara sekolah negeri dan swasta. Pemerataan bukan berarti menyamaratakan, tetapi memastikan semua punya akses ke pendidikan berkualitas,”
Sejalan dengan target SDGs 2030, Indonesia berkomitmen menghapus disparitas dalam pembelajaran. Poin keempat tujuan pembangunan berkelanjutan secara khusus menekankan pentingnya pendidikan inklusif dan merata. Kebijakan pendidikan nasional harus mampu menjawab tantangan ini secara komprehensif.
Upaya menciptakan kesetaraan bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Masyarakat juga perlu terlibat aktif dalam mendorong terwujudnya pembelajaran yang lebih adil. Kolaborasi ini akan mempercepat pencapaian visi pendidikan untuk semua.
DPR Dorong Sistem Pendidikan Berkeadilan Melalui Revisi UU Sisdiknas
Pembaruan undang-undang menjadi langkah strategis untuk menciptakan pembelajaran yang lebih merata. RUU Sisdiknas menjadi fokus utama dalam upaya ini, dengan proses revisi yang melibatkan berbagai pihak terkait.
Latar Belakang Revisi UU Sisdiknas
Proses perubahan undang-undang ini dimulai setelah putusan Mahkamah Konstitusi pada Juli 2025. Putusan tersebut menyoroti beberapa pasal yang dinilai belum mampu menjawab tantangan terkini.
Ada tiga poin utama yang menjadi fokus perubahan:
- Penyesuaian alokasi anggaran untuk lembaga pembelajaran
- Peningkatan standar kualitas tenaga pengajar
- Mekanisme pengawasan yang lebih transparan
Salah satu contoh konkret adalah revisi Pasal 49 tentang pembiayaan. Pasal ini akan mengatur ulang proporsi anggaran antara sekolah negeri dan swasta.
Aspek Perubahan | Rencana Pembaruan | Target Implementasi |
---|---|---|
Anggaran Pendidikan | 20% APBN dialokasikan untuk sektor ini | 2026 |
Standar Guru | Sertifikasi wajib bagi semua pengajar | 2027 |
Mekanisme Pengawasan | Sistem evaluasi berbasis kinerja | 2026 |
Peran Komisi X DPR dalam Proses Revisi
Komisi DPR bidang pendidikan telah melakukan 35 kali dengar pendapat dengan berbagai pemangku kepentingan. Mereka secara aktif mengumpulkan masukan dari guru, kepala sekolah, dan praktisi.
“Kami ingin memastikan revisi UU ini benar-benar menyentuh kebutuhan di lapangan. Masukan dari para pelaku utama sangat penting untuk proses ini,”
Tim perumus telah menyusun jadwal kerja yang ketat. Target pengesahan RUU Sisdiknas baru direncanakan pada Juni 2026. Proses ini melibatkan tahapan konsultasi publik yang lebih intensif dibanding revisi sebelumnya.
Dukungan dari berbagai kalangan terus mengalir untuk mempercepat penyelesaian revisi ini. Harapannya, perubahan regulasi dapat segera dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.
Kebijakan Pendidikan Gratis: Tantangan dan Harapan
Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi contoh nyata bagaimana kebijakan pendidikan gratis diuji di lapangan. Dengan 63% siswa belajar di lembaga swasta dan pesantren, upaya pemerataan menghadapi tantangan unik.
Implementasi di DIY: Sekolah Negeri vs. Swasta
Analisis di lima kabupaten/kota menunjukkan pola berbeda dalam penyerapan dana BOS. Beberapa tantangan utama yang ditemui:
- Mekanisme alokasi untuk sekolah swasta sering terlambat
- Perbedaan standar pelaporan antara negeri dan swasta
- Keterbatasan akses informasi bagi wali murid di daerah terpencil
Di Sleman misalnya, 45% sekolah swasta mengeluhkan ketidakjelasan prosedur. Sementara di Bantul, kolaborasi dengan NU berhasil meningkatkan transparansi distribusi dana.
Peran Pesantren dalam Sistem Pendidikan
Lembaga tradisional ini menjadi tulang punggung akses pendidikan murah di DIY. Beberapa kontribusi nyata:
- Biaya lebih terjangkau dibanding sekolah umum
- Kurikulum terpadu antara ilmu agama dan umum
- Jaringan luas hingga pelosok desa
“Pesantren bukan alternatif, tapi solusi nyata untuk pemerataan. Kami mendidik tanpa membedakan latar belakang ekonomi,”
Respon wali murid terhadap kebijakan baru cukup positif. Survei menunjukkan 68% orang tua mendukung perluasan bantuan untuk lembaga swasta. Kerja sama dengan Muhammadiyah juga membantu sosialisasi program ini.
Program Indonesia Pintar: Jaminan Akses Pendidikan
Program bantuan pendidikan terus berkembang untuk menjangkau lebih banyak anak Indonesia. Sejak Januari 2025, jumlah penerima PIP meningkat signifikan mencapai 40%.
Manfaat Nyata bagi Siswa Kurang Mampu
Mekanisme seleksi penerima bantuan kini lebih akurat. Integrasi data dengan DTKS Kemensos memastikan bantuan tepat sasaran.
Di tiga provinsi prioritas, program ini sudah menunjukkan hasil:
- Angka partisipasi sekolah naik 15%
- Biaya seragam dan buku tercover 100%
- Monitoring real-time via aplikasi SIPINTAR
Perluasan Jangkauan Program
Kini PIP tidak hanya untuk pendidikan formal. Lembaga kursus dan pelatihan keterampilan mulai masuk dalam cakupan.
Provinsi | Penerima 2024 | Penerima 2025 | Kenaikan |
---|---|---|---|
Jawa Timur | 120.000 | 168.000 | 40% |
Nusa Tenggara Barat | 45.000 | 63.000 | 40% |
Sulawesi Selatan | 78.000 | 109.200 | 40% |
“Dengan PIP, anak-anak kami bisa terus sekolah tanpa khawatir biaya. Ini benar-benar membantu keluarga prasejahtera.”
Program Indonesia Pintar menjadi bukti nyata komitmen negara terhadap pemerataan kesempatan belajar. Langkah perluasan ke pendidikan non-formal akan membawa manfaat lebih luas.
Peningkatan Kesejahteraan Guru: Langkah Nyata
Sebanyak 150.000 guru non-ASN telah merasakan manfaat program tunjangan khusus. Ini menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru di seluruh Indonesia.
Guru ASN dan Non-ASN: Perlakukan yang Setara
Skema baru penggajian mulai diterapkan sejak Januari 2025. Perbedaan status tidak lagi menjadi penghalang untuk mendapat hak yang layak.
Berikut perbandingan tunjangan terbaru:
Jenis Tunjangan | Guru ASN | Guru Non-ASN |
---|---|---|
Tunjangan Profesi | Rp 1.500.000 | Rp 1.200.000 |
Tunjangan Khusus | Rp 750.000 | Rp 500.000 |
Insentif Daerah | Bervariasi | Bervariasi |
Kebijakan Beban Mengajar 24 Jam yang Fleksibel
Aturan baru memungkinkan guru memenuhi jam wajib dengan berbagai cara. Kegiatan ekstrakurikuler dan pelatihan kini masuk dalam perhitungan.
Manfaat utama kebijakan ini:
- Waktu lebih untuk pengembangan kompetensi
- Pelatihan digital diakui sebagai jam mengajar
- Sistem sertifikasi lebih adaptif
“Dengan fleksibilitas ini, kami bisa lebih fokus pada kualitas pembelajaran tanpa tertekan target jam.”
Kolaborasi dengan LPTK semakin intensif untuk mendukung program ini. Targetnya, semua tenaga pengajar bisa mengakses pelatihan berkala tanpa hambatan biaya.
Literasi di Sekolah: Praktik Baik yang Patut Dicontoh
Gerakan literasi di sekolah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Minat baca siswa meningkat hingga 65% dalam 6 bulan terakhir. Ini membuktikan bahwa pendekatan terstruktur bisa mengubah kebiasaan.
Program Literasi di SMP Islam Terpadu Dar Al-Maarif
Sekolah ini menerapkan sistem 2+1 jam literasi setiap minggu. Kegiatan ini terintegrasi dengan mata pelajaran utama seperti Bahasa Indonesia dan IPS.
Beberapa inovasi yang dilakukan:
- Perpustakaan digital dengan 500+ judul buku
- Kerja sama dengan penerbit nasional untuk akses buku terbaru
- Pelibatan wali murid dalam kegiatan membaca bersama
“Program ini bukan sekadar tugas, tapi budaya. Kami ingin menciptakan ekosistem yang mendukung literasi secara sosial.”
Dampak Positif bagi Siswa
Selain peningkatan minat baca, siswa juga menunjukkan kemajuan dalam:
Aspek | Sebelum Program | Setelah Program |
---|---|---|
Kemampuan Analisis | 42% | 68% |
Prestasi Akademik | Rata-rata 7.5 | Rata-rata 8.2 |
Partisipasi Kelas | 60% | 85% |
Kolaborasi dengan komunitas lokal juga memperluas dampak program. Sekolah kini menjadi pusat gerakan literasi di wilayahnya.
Peran Aktif DPR dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Komitmen nyata dalam meningkatkan mutu pembelajaran terus diperkuat melalui aksi lapangan. Legislatif tak hanya berfokus pada penyusunan regulasi, tetapi juga memastikan implementasi kebijakan berjalan efektif.
Kunjungan Kerja dan Penyerapan Aspirasi
Sepanjang Juli-Desember 2025, Komisi X telah melakukan 12 kunjungan kerja ke berbagai daerah. Tujuannya mendengar langsung keluhan dan masukan dari pelaku pendidikan di lapangan.
Beberapa mekanisme unik yang diterapkan:
- Reses pendidikan khusus untuk daerah 3T dengan format diskusi terbuka
- Pelibatan aktif dinas pendidikan provinsi dalam setiap forum konsultasi
- Pembentukan kelompok kerja khusus untuk isu pendidikan inklusif
Lokasi Kunjungan | Tanggal | Topik Utama |
---|---|---|
Nusa Tenggara Timur | 15-17 Agustus 2025 | Ketersediaan fasilitas belajar |
Papua Barat | 5-8 September 2025 | Kualifikasi guru daerah terpencil |
Kalimantan Utara | 10-12 November 2025 | Integrasi kurikulum lokal |
“Kunjungan langsung membantu kami memahami kompleksitas masalah di daerah. Solusi yang kami usulkan harus menyentuh akar persoalan.”
Kolaborasi dengan Pemerintah Daerah
Sinergi dengan pemda menjadi kunci keberhasilan program peningkatan mutu. Pemerintah pusat dan daerah kini memiliki platform koordinasi yang lebih terstruktur.
Inisiatif terbaru meliputi:
- Alokasi dana khusus melalui Kemdagri untuk daerah tertinggal
- Pelaporan transparan via media sosial untuk akuntabilitas publik
- Pemetaan kebutuhan spesifik tiap wilayah berbasis data
Dukungan terhadap akses pendidikan merata semakin menguat. Kolaborasi ini diharapkan bisa mempercepat pencapaian target pembangunan berkelanjutan di sektor pendidikan.
Tantangan Implementasi Kebijakan Pendidikan Berkeadilan
Implementasi kebijakan pemerataan pendidikan masih menghadapi berbagai hambatan struktural. Data Juli 2025 menunjukkan 23% sekolah swasta belum terdaftar dalam sistem Dapodik. Kondisi ini menyulitkan proses verifikasi dan distribusi bantuan.
Kesenjangan Fasilitas antara Sekolah Negeri dan Swasta
Analisis di 10 kabupaten mengungkap disparitas mencolok dalam sarana pembelajaran. Sekolah negeri cenderung memiliki fasilitas lebih lengkap dibanding swasta.
Berikut perbandingan rata-rata fasilitas:
Jenis Fasilitas | Sekolah Negeri | Sekolah Swasta |
---|---|---|
Laboratorium IPA | 92% | 68% |
Perpustakaan | 100% | 85% |
Ruang Komputer | 78% | 45% |
Kendala utama meliputi:
- Proses verifikasi data peserta didik yang rumit
- Mekanisme distribusi dana BOS belum optimal
- Keterbatasan anggaran untuk pemeliharaan fasilitas
Payung Hukum untuk Implementasi Lebih Baik
Diperlukan regulasi turunan yang jelas untuk menjamin keberlanjutan program. Ombudsman telah membentuk posko pengaduan khusus untuk menangani keluhan implementasi.
“Tanpa payung hukum yang kuat, kebijakan bagus pun bisa mandek di tengah jalan. Kami mendorong penyusunan peraturan teknis yang lebih rinci.”
Beberapa langkah perbaikan yang sedang dijalankan:
- Revisi mekanisme pendataan sekolah swasta
- Sosialisasi intensif tentang hak dan kewajiban penerima bantuan
- Kolaborasi dengan pemerintah daerah untuk monitoring
Upaya ini diharapkan bisa memperkuat fondasi negara dalam mewujudkan pendidikan yang benar-benar merata. Semua pihak perlu bergerak bersama mengatasi tantangan yang ada.
Dukungan Pemerintah Pusat dan Daerah
Sinergi antara pemerintah pusat dan daerah menjadi kunci utama dalam mewujudkan pemerataan akses belajar. Gugus Tugas Pendidikan Berkeadilan telah dibentuk di semua 34 provinsi sebagai wujud komitmen ini.
Mekanisme Koordinasi Terpadu
Empat kementerian utama bersinergi melalui rapat rutin setiap bulan. Kementerian Pendidikan, Keuangan, Dalam Negeri, dan Desa bekerja sama menyusun strategi implementasi.
Beberapa inisiatif unggulan:
- Pelatihan teknis bagi 5.000 aparat daerah
- Sistem pemantauan real-time via platform SIPBM
- Alokasi dana khusus untuk daerah tertinggal
Peran Aktif Pemda dalam Penyusunan Kebijakan
Pemerintah daerah dilibatkan sejak tahap perencanaan hingga evaluasi. Setiap kabupaten/kota wajib menyusun peta jalan pendidikan inklusif.
Jenis Dukungan | Target 2025 | Pencapaian |
---|---|---|
Alokasi APBD Khusus | 15% dari total anggaran | 12% (per Q3 2025) |
Pelatihan Aparat | 100% kabupaten/kota | 78% terlaksana |
Integrasi Data | 34 provinsi | 100% terhubung |
“Sistem reward and punishment bagi kepala daerah mendorong percepatan program. Daerah berprestasi mendapat insentif tambahan.”
Kolaborasi ini diharapkan bisa memastikan implementasi kebijakan berjalan efektif di seluruh wilayah. Laporan triwulan menunjukkan progres signifikan dalam pemerataan akses.
Pendidikan Inklusif: Hak Semua Anak Indonesia
Fasilitas pendidikan yang ramah difabel baru tersedia di 15% sekolah di Indonesia. Angka ini menunjukkan perlunya akselerasi dalam mewujudkan kesetaraan belajar bagi semua kalangan. Tidak hanya fisik, kesiapan kurikulum dan tenaga pengajar juga menjadi tantangan utama.
Pentingnya Akses Pendidikan Bermutu
Program sekolah ramah disabilitas telah diujicobakan di 50 kabupaten/kota. Beberapa pencapaian signifikan yang berhasil dicatat:
- Pelatihan khusus untuk 2.500 guru pendidikan inklusif
- Kemitraan dengan 15 organisasi difabel nasional
- Adaptasi kurikulum untuk kebutuhan belajar berbeda
Di Jawa Tengah, sistem beasiswa afirmasi berhasil meningkatkan partisipasi sekolah anak berkebutuhan khusus sebesar 30%. “Ini bukti bahwa dengan dukungan tepat, semua anak bisa berkembang optimal,” ungkap salah satu penerima manfaat.
Peran Masyarakat dalam Mendukung Pendidikan
Keterlibatan masyarakat menjadi kunci sukses program inklusi. Di Lombok Timur, relawan komunitas membantu pendampingan belajar bagi 120 anak difabel.
Beberapa bentuk partisipasi yang berkembang:
- Kelas parenting untuk wali murid
- Donasi alat pembelajaran adaptif
- Sukarelawan pendamping di sekolah
“Kolaborasi antara sekolah dan warga menciptakan ekosistem yang lebih sosial dan mendukung. Setiap anak layak mendapat kesempatan sama untuk berkembang.”
Dukungan multipihak ini mempercepat terwujudnya lingkungan belajar yang benar-benar inklusif. Harapannya, angka 15% bisa meningkat signifikan dalam dua tahun mendatang.
Kebijakan Baru: Beban Mengajar yang Lebih Fleksibel
Fleksibilitas dalam beban kerja guru menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Perubahan ini diharapkan bisa menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan efektif.
Penjelasan Wamendikdasmen tentang Kebijakan
Wakil Menteri Pendidikan memberikan penjelasan rinci tentang skema baru ini. Kegiatan non-kelas seperti pelatihan dan pengembangan materi kini diakui sebagai jam mengajar.
Beberapa poin penting kebijakan:
- Integrasi dengan program Guru Penggerak
- Monitoring melalui aplikasi SIMPKB
- Evaluasi berkala oleh LPMP setiap triwulan
“Kebijakan ini memberi ruang bagi guru untuk berinovasi tanpa khawatir target jam. Fokusnya pada kualitas, bukan sekadar kuantitas.”
Dampak bagi Guru dan Siswa
Survei menunjukkan 78% guru menyambut positif perubahan ini. Mereka merasa lebih leluasa mengembangkan metode pengajaran kreatif.
Manfaat nyata yang dirasakan:
- Waktu lebih untuk persiapan materi berkualitas
- Pelatihan digital diakui sebagai pengembangan kompetensi
- Siswa mendapat pengalaman belajar lebih variatif
Seorang guru dari NTT membagikan pengalamannya: “Dengan fleksibilitas ini, saya bisa lebih fokus pada kebutuhan spesifik siswa di daerah terpencil.”
Reaksi Positif dari Lembaga Pendidikan
Respon antusias dari berbagai pihak menyambut kebijakan baru di dunia pembelajaran. Survei nasional menunjukkan 92% orang tua merasakan penurunan biaya pendidikan. Program terbaru ini mendapat dukungan luas dari sekolah maupun masyarakat.
Suara Dukungan dari Para Pelaku Pendidikan
Kepala sekolah dari berbagai daerah membagikan pengalaman positif. Mereka melihat perubahan signifikan dalam kualitas pembelajaran setelah implementasi kebijakan baru.
“Dengan dukungan pemerintah, kami bisa menyediakan fasilitas lebih baik. Siswa kini lebih semangat belajar dengan lingkungan yang memadai.”
Beberapa inisiatif swasta yang muncul:
- Donasi peralatan belajar dari perusahaan lokal
- Program adopsi sekolah oleh komunitas bisnis
- Pelatihan gratis untuk tenaga pengajar
Dukungan Kuat dari Orang Tua Siswa
Partisipasi aktif wali murid menjadi kunci keberhasilan. Survei di 500 sekolah percontohan menunjukkan peningkatan kepuasan signifikan.
Aspek Penilaian | Tingkat Kepuasan 2024 | Tingkat Kepuasan 2025 |
---|---|---|
Kualitas Pengajaran | 72% | 89% |
Ketersediaan Fasilitas | 65% | 82% |
Keterjangkauan Biaya | 68% | 92% |
Kabupaten Gunungkidul menjadi contoh sukses implementasi. Kolaborasi antara komite sekolah, pemerintah daerah, dan masyarakat memberi hasil maksimal.
Mekanisme pengaduan melalui aplikasi juga membantu penyelesaian masalah lebih cepat. Semua pihak kini bisa berpartisipasi aktif dalam perbaikan sistem pendidikan.
Masa Depan Pendidikan Indonesia: Harapan dan Tantangan
Transformasi dunia pembelajaran di Tanah Air sedang menuju arah yang lebih baik. Berbagai inovasi dan kebijakan baru mulai menunjukkan dampak positif bagi generasi penerus bangsa. Tantangan masih ada, tetapi optimisme untuk menciptakan sistem yang lebih merata terus menguat.
Visi Pendidikan 2025
Pemerintah menargetkan 100% akses pendidikan dasar berkualitas pada 2030. Untuk mencapainya, beberapa strategi utama telah disiapkan:
- Peta jalan pendidikan digital 2025-2030 yang terintegrasi
- Kolaborasi dengan startup edtech untuk pengembangan platform belajar
- Program pertukaran guru ke negara-negara dengan sistem pendidikan terbaik
Beberapa kabupaten telah menjadi pelopor dalam implementasi kebijakan ini. “Kami melihat potensi besar dalam kolaborasi dengan pelaku teknologi,” ungkap seorang pengajar dari Jawa Barat.
Inisiatif | Target 2025 | Progress |
---|---|---|
Pelatihan Guru Digital | 50.000 peserta | 35.000 terlaksana |
Platform Belajar Online | 10 juta pengguna | 7 juta terdaftar |
Sekolah Percontohan | 500 institusi | 300 beroperasi |
Peran Generasi Muda dalam Pembangunan Pendidikan
Mahasiswa dan pemuda memiliki kontribusi besar dalam mendorong perubahan. Berbagai inisiatif kreatif telah muncul dari kalangan generasi muda:
- Komunitas literasi digital di kampus-kampus
- Program pendampingan belajar untuk daerah terpencil
- Pengembangan konten edukasi di media sosial
“Kami percaya perubahan dimulai dari tindakan kecil. Setiap mahasiswa bisa menjadi agen perubahan di lingkungannya masing-masing.”
Strategi mitigasi learning loss pasca pandemi juga melibatkan partisipasi aktif pemuda. Hingga Juni 2025, lebih dari 1.000 relawan telah terlibat dalam program pemulihan pembelajaran.
Sinergi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan generasi muda menjadi kunci utama. Dengan kolaborasi ini, target pendidikan berkualitas untuk semua semakin mungkin tercapai.
Kesimpulan: Langkah Awal Menuju Pendidikan yang Lebih Adil
Tahun terakhir membawa angin segar bagi upaya pemerataan kesempatan belajar. Program bantuan meningkat 40%, fasilitas sekolah merata, dan kebijakan baru mulai menunjukkan dampak positif. Kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat menjadi kunci pencapaian ini.
Tantangan seperti kesenjangan fasilitas dan distribusi dana masih perlu diatasi. Tahun 2026 akan fokus pada digitalisasi pembelajaran dan perluasan akses di daerah tertinggal. Partisipasi aktif semua pihak sangat dibutuhkan untuk memastikan keberlanjutan program.
Masyarakat bisa berkontribusi melalui pengawasan transparan dan dukungan konkret. Bersama, kita bisa wujudkan masa depan dimana setiap anak mendapat kesempatan belajar yang sama. Ini baru langkah awal menuju sistem yang benar-benar adil.